Watergius's Journal

The world as I see it

ehm, berapa ya ongkos taksi ke Bandung?

Rabu, 31 Juli 2013

***

Besok tepat 1,5 bulan sejak aku operasi lutut. Dan sepanjang 6 minggu ini aku selalu menggunakan taksi untuk berpindah dari kosan ke kantor, dari kantor ke kosan, dan kadang-kadang ke rumah sakit. Jadi, ya.. sedikit banyak adalah pengalaman yang dapat dibagikan…

*

Paling asyik itu kalau si pengemudi membuka percakapan dengan menanyakan “Kenapa kakinya Mas?”. “Cedera karena olahraga Mas. Jadi ada ligamennya yang putus sehingga harus dioperasi-diganti dengan yang baru“, selalu jawabku. Dan jawaban ini sejauh ini mengarah ke dua arah, antara si pengemudi bercerita tentang pengalamannya juga menjalani operasi atau dia akan bercerita tentang tukang urut/dukun patah tulang/orang pintar lainnya yang ceritanya dia pernah dengar. Untuk kondisi seperti ini, supir taksi tipe yang pertama menjadi teman ngobrol yang paling asyik di tengah macatnya kota Jakarta. Bagaimana tidak, bila kita ternyata sama-sama menjalani prosedur operasi yang serupa – sama prosedur pembiusannya, sama letak ketakutannya dan sama pula letak kekuatirannya.

*

Sopir taksi juga bicara masalah politik dan perbankan. Dalam suatu perjalanan menuju daerah Rasuna Said dari daerah Sudirman, aku pun terlibat perbincangan dengan sopir taksi yang kutumpangi. Awalnya sih dimulai dari topik tentang macatnya Jakarta. Lalu dia melanjutkan ke topik kenapa sekarang motor2 keluaran baru jarang kelihatan di Jakarta? Hm, aku hanya bisa meocoba berpikir, namun tak ada satu jawaban pun yang terlontar. “Karena di zamannya Jokowi sekarang kredit motor tidak lagi semudah dulu Mas“, sang supir pun akhirnya lanjut berbicara. “Tidak lagi semudah dulu yang cukup hanya dengan DP beberapa ratus ribu bisa langsung bawa pulang motornya. Kalau sekarang, dealer yang ngasih kayak gituan sih bakalan ditangkap Mas“, kata dia.. dan aku pun mengangguk-anggukkan kepala tanda paham.

Lalu kita diam beberapa saat, hingga akhirnya memasuki daerah Rasuna Said. Entah apa awal mulanya, tapi pembicaraan kami akhirnya masuk ke topik “orang kaya jadi makin kaya, dan yang miskin tetap miskin”. “Gimana enggak Mas“, kata dia, “bayangin aja kalau dia punya duit katakanlah 1M. TInggal didepositoin aja, dia sudah bisa hidup dari bunganya Mas. Belum lagi kalau duitnya dimainin saham. Makin banyak aja dong duitnya.” Dan aku pun tidak ada alasan untuk tidak mengangguk setuju dengan apa yang telah dikatakannya.

*
Tidak narik lagi Pak“, jawab supir itu ke petugas keamanan rumah sakit saat ditanya apa masih narik atau tidak. Setelah sempat lewat dari lobi rumah sakit tempat aku menunggu taksi, taksi yang tadi mengatakan tidak akan nyari penumpang itu pun memundurkan kendaraannya dan berubah pikiran.

Tadi sebenarnya saya mau pulang ke pool Pak makanya saya tanya apakah searah dengan saya atau tidak, tapi ternyata tidak. Itulah sebabnya tadi saya sempat tidak mau. Tapi, setelah lihat penumpangnya orang sakit, saya ngerasa kasihan juga Pak“, supir itu pun menjelaskan keadaannya.

Makasih ya Mas“, kataku kepadanya. “Ngomong-ngomong, emang poolnya di mana Mas?” tanyaku lagi.

Lihat rangkaian huruf dan angka di kaca mobil dekat pintu Pak.. Nah, huruf awal itu menandakan kode poolnya Mas. Kalau saya “TL” yang berarti daerah Pondok Cabe“, lanjut supir itu. “Oohhh“, pun terucap dari mulutku sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti akan informasi baru yang baru kudapat itu. Ternyata kode huruf dan angka itu tidak sekadar ditulis asal saja..

*

Kita lewat kiri Bundaran Semanggi aja Pak, lebih dekat“, kataku. “Tadi saya habis ngantar sewa lewat situ Mas, macat bangat“, supir taksi yang kutumpangi pun balas menjawab sambil mengarahkan taksinya ke arah berlawanan.

Biasanya habis buka gini tidak macat Pak“, kataku dengan yakin saking seringya pulang di jam yang sama lewat jalan yang sama pula.

Dan supir taksi itu pun mengikuti kemauanku walaupun aku tahu dia tidak setuju (raut wajahnya langsung berubah dan dia muram sepanjang jalan). Sempat was-was juga sih jangan2 emang macat. Bisa-bisa diceramahin sama dia dong ntar aku. Tapi ternyata, akulah yang benar. Jalanan emang benar-benar sepi dan tak sampai 15 menit aku telah sampai di kosan. Sambil menyerahkan duit dan mengucapkan terima kasih aku pun keluar dari taksi itu — merasa senang karena aku telah benar dan si bapak itu kurang tepat perkiraannya.. hehe

*

Mau tahu berapa setoran minimal taksi Blue**rd.. Jawabannya adalah 400 ribu. Lalu, apa yang akan terjadi bila tidak sampai 400 ribu? Yaa mereka tetap menyetor berapa dapat hari itu, hanya saja absensi mereka akan berkurang, dalam artian, hari dimana mereka tidak mendapatkan setoran minimal 400 ribu, hari itu mereka seolah-olah tidak bekerja. Jadi, tiap kali mereka memenuhi syarat setoran minimal 400 ribu ini, hitungan hari mereka berkerja akan bertambah satu dan hitungan hari inilah nantinya yang akan mempengaruhi besarnya bonus yang akan mereka terima..

Lalu, berbicara soal persenan. Dari total setoran sehari yang mereka kasih, mereka hanya mendapatkan 10%-nya. Jadi, katakanlah supir A hari ini berhasil memperoleh duit 400 ribu. Hanya 40 ribu dari 400 ribu itulah yang akan dia bawa pulang ke rumah. Sisanya? Aku tidak akan bertanya apa yang terjadi dengan sisa duit itu..

*

Taksi Pu**ka dan Blue**rd berada di bawah payung perusahaan yang sama. Hanya saja, logo/simbol yang mereka pasang di atap mobil mereka berbeda. Yang satu berbentuk burung dan yang satu lagi berbentuk telur (aku juga baru tahu tentang hal ini).

Nah, katakanlah taksi yang berlogo “telur” ini membawa penumpang sampai kebablasan ke Bandung dari Jakarta, maka dia akan mudah dikenali oleh polisi Bandung sebab grup taksi Blue**rd ini di Bandung adalah taksi dengan logo “burung”. Demikian juga kalau taksi berlogo “burung” dibawa ke daerah dengan logo “telur”, maka akan menjadi santapan polisi pulalah nantinya taksi ini di daerah itu.

Itulah sebabnya, kalau penumpangnya sudah tahu, dia akan menggunakan taksi dengan logo “burung” untuk mengantarkannya sampai ke Bandung, yang ngomong-ngomong cukup biasa dilakukan menurut penuturan salah seorang supir taksi yang taksinya kunaiki hari ini.

Dan aku pun iseng menanyakan biayanya kira-kira berapaan…

Ehm, biayanya adalah 1,2 juta rupiah (tarif lama) untuk penumpang yang baik hati dan pengertian sebab biaya argonya sendiri sebenarnya hanyalah 800 ribu. Kenapa baik hati? Karena biaya 1,2 itu sudah termasuk tol ntar balik ke Jakarta lagi serta biaya jaga2 kalau misalnya dihentikan oleh polisi..

***

atampubolon

 

 

 

 

Leave a comment